Dalam
aktivitas berpikir kita tidak boleh melalaikan patokan pokok yang oleh logika
disebut asas berpikir .
Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal
atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan di mengerti. Maka “asas pemikiran”
adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan di mengerti. Kapasitas
asas ini bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benar nya suatu
pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas-asas ini yang merupakan dasar
daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat di bedakan menjadi tiga
asas.
Asas Identitas
Adalah dasar dari semua pemikiran dan
bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak mungkin dapat berfikir tanpa asas
ini. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya.
Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z dan bukan A, B atau C.
Bila kita beri perumusan akan berbunyi: ”bila proposisi itu benar maka benarlah
ia”.
Asas Kontradiksi
Prinsip ini mengatakan bahwa
pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika kita mengakui
bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A, sebab
realitas ini hanya satu sebagaimana di sebut oleh asas identitas. Dengan kata
lain: dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara
simultan. Jika kita hendak rumuskan, akan berbunyi: “tidak ada proposisi yang
sekaligus benar atau salah”.
Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga
Asas ini mengatakan bahwa antara
pengakuan dan pengingkaran kebenarannya terletak pada salah satunya. Pengakuan
dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu disamping tidak
mungkin benar kedua-duanya juga tidak mungkin salah kedua-duanya. Mengapa tidak
mungkin salah kedua-duanya ?
Bila pernyataan dalam bentuk positifnya salah
berarti ia memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain realitas ini
bertentangan dengan pernyataannya. Dengan begitu maka penyataan berbentuk
ingkarlah yang benar, karena inilah yang sesuai dengan realitas. Juga sebalik
nya, jika pernyataan ingkarnya salah berarti ia mengingkari realitasnya.
Pernyataan kontradiktoris kebenarannya terdapat pada salah satunya (tidak
memerlukan ketiga). Jika kita rumuskan, akan berbunyi “suatu proposisi selalu
dalam keadaan benar atau salah”.