Translate

Recent Comments

Followers

Home » , » Sejarah Penyimpangan Manusia

Sejarah Penyimpangan Manusia


Secara fitrah, manusia mengakui sifat uluhiyah Allah, cinta kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. Namun setan dari kalangan jin dan manusia saling bahu-membahu menghiasi berbagai penyimpangan dengan hiasan-hiasan yang menipu sehingga memalingkan jiwa manusia dari fitrahnya yang lurus itu. Tauhid adalah sesuatu yang sudah tertanam dalam fitrah seseorang, sedangkan syirik adalah pengaruh dari luar yang masuk ke dalamnya. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. ar-Ruum: 30) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nashrani ataupun majusi” (HR. Bukhari 1319).

Oleh karena itu manusia pada asalnya adalah bertauhid, dan Islam adalah agama yang diyakini dari zaman Nabi Adam ‘alaihis salam sampai beberapa generasi setelah beliau. Allah ‘azza wa jallaa berfirman yang artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan” (QS. al-Baqarah: 213).

Awal mula kesyirikan dan penyimpangan dari akidah yang benar terjadi pada kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam, ketika mereka bersikap melampaui batas terhadap orang-orang shalih. Allah berfirman yang artinya: “Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr” (QS. Nuh: 23).

Imam Bukhari rahimahullaah meriwayatkan dalam kitab Shahih beliau dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma tentang asal berhala-berhala tersebut. Ibnu ‘Abbas berkata: “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nabi Nuh. Ketika orang-orang shalih itu meninggal, setan membisikan kepada kaum orang-orang shalih ini untuk membuat patung yang diberi nama dengan nama-nama mereka dan meletakkannya di tempat-tempat yang biasa mereka gunakan untuk duduk-duduk. Hal ini pun dikerjakan dan saat itu patung-patung tersebut belum disembah. Namun ketika orang-orang yang membuat patung-patung ini mati dan ilmu semakin hilang, patung-patung itu pun akhirnya disembah” (HR. Bukhari 4539).

Ibnul Qoyyim rahimahullaah berkata: “Beberapa orang dari kalangan salaf berkata: “Ketika orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh itu meninggal, orang-orang berdiam diri di kubur-kubur mereka, kemudian membuat patung-patung untuk memperingati mereka. Namun lama-kelamaan akhirnya orang-orang menyembah patung-patung itu” (Ighatsatul Lahafan juz 1 hal. 115).

Oleh karena itulah Nabi Nuh ‘alaihis salam diutus oleh Allah kepada kaumnya untuk mengembalikan mereka kepada akidah yang lurus. Dengan demikian, beliau adalah Rasul pertama yang Allah utus di muka bumi. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya” (QS. an-Nisaa: 163).

Ibnu ‘Abbas radhiallah ‘anhu berkata: “Masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh sekitar sepuluh abad, dan orang-orang yang ada di masa itu seluruhnya berada di atas akidah Islam”. Ibnul Qayyim mengatakan: “Ini adalah pendapat yang bisa dipastikan kebenarannya, karena dalam bacaan ‘Ubay bin Ka’ab terhadap ayat ini, yaitu surat al-Baqarah ayat 163, terdapat lafadz ‘fakhtalafuu fiih’ yang artinya adalah “kemudian terjadi perselisihan diantara mereka”. Dan yang menguatkan bacaan ini adalah firman Allah ta’ala dalam al-Quran surat Yunus ayat 19, yang artinya: “Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih”. (Ighatsatul Lahafan hal 102 juz 1).

Maksud perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah ini ialah, bahwasanya sebab diutusnya para nabi adalah karena menyimpangnya manusia dari agama yang benar, yang sesungguhnya telah menjadi keyakinan mereka sebelumnya. Sebagaimana hal ini terjadi pada bangsa Arab setelah itu, di mana mereka berada di atas agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, sampai datang seorang yang bernama ‘Amr bin Luhay al-Khuza’i, yang mengganti agama Ibrahim tersebut dengan membawa patung-patung dalam bentuk-bentuk yang khusus ke tanah Arab dan negeri Hijaz. Kemudian patung-patung itu menjadi sesembahan selain Allah, dan tersebarlah kesyirikan di negeri yang suci ini dan sekitarnya, sampai Allah mengutus Nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaih wa sallam, sebagai penutup para Nabi.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaih wa sallam menyerukan manusia untuk mentauhidkan Allah subhaanahu wa ta’ala dan mengikuti agama Nabi Ibrahim. Beliau sungguh-sungguh berjihad di jalan Allah ‘azza wa jallaa ini, sampai akhirnya akidah tauhid dan agama Ibrahim itu kembali ke negeri Arab, dan patung-patung itu pun dihancurkan. Lalu Allah menyempurnakan agama dan anugerah ini ke seluruh dunia. Keyakinan ini terus di anut dimasa-masa terbaik, yaitu pada generasi pertama umat ini. Sampai kebodohan tersebar dan ajaran-ajaran agama lain dimasukkan ke dalam agama Islam pada masa-masa belakangan. Kesyirikan kembali merasuki banyak orang dari umat ini dengan sebab para juru dakwah yang sesat dan pendirian bangunan di atas kuburan dengan dalih memuliakan dan mencintai para wali dan orang-orang shaleh, dibangunlah pusara-pusara di atas kubur mereka, dan akhirnya mereka dijadikan berhala-berhala yang diibadahi dengan berbagai macam amalan taqarrub yang seharusnya hanya dipersembahkan kepada Allah subhaanahu wa ta’ala, seperti doa, istighatsah, menyembelih hewan kurban, bernazar, dan lain-lain. Namun demikian, kesyirikan ini mereka namakan sebagai tawassul dan sebagai ungkapan rasa cinta kepada para wali atau orang-orang shaleh. Mereka menyangka perkara-perkara ini bukanlah bentuk peribadatan kepada para wali atau orang-orang shaleh tersebut. Mereka lupa bahwa ini adalah perkataan orang-orang musyrik zaman dahulu: “Kami tidak beribadah kepada mereka, (kami tidak berbuat ini)  melainkan agar mereka bisa menjadikan kami lebih dekat lagi kepada Allah”.

Kesyirikan-kesyirikan yang terjadi dalam kehidupan manusia pada zaman dahulu dan sekarang adalah dalam perkara ibadah, karena mayoritas mereka tetap meyakini sifat Rububiyah Allah subhaanahu wa ta’ala. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)” (QS. Yusuf: 106).

Tidak ada yang mengingkari keberadaan Allah kecuali segelintir orang saja, seperti Fir’aun, orang-orang atheis, komunis, dan materialis yang ada di zaman ini. Pengingkaran ini terjadi hanya karena kesombongan, sebab pada dasarnya batin dan lubuk hati mereka meyakini keberadaan Allah subhaanahu wa ta’ala. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya” (QS. an-Naml: 14).

Akal mereka pun dapat mengetahui bahwa setiap yang diciptakan pasti ada yang menciptakannya dan setiap yang ada pasti ada yang mengadakannya. Keteraturan alam semesta yang sangat berkesinambungan dan begitu mendetail ini juga mengantarkan akal manusia pada keyakinan bahwa alam ini pasti diatur oleh satu pihak yang Maha Menguasai segala sesuatu, Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Orang yang mengingkari hal ini hanyalah orang yang telah kehilangan akal sehatnya atau orang sombong yang telah membuang akalnya dan membodohi dirinya sendiri.


Sumber: Al Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad & Kitab Tauhid. Syaikh Shalih Fauzan; sunnah.or.id

Posted by Unknown ~ Sharing Sciences Various and Informations

Anda sedang membaca artikel yang berjudul "Sejarah Penyimpangan Manusia". Mohon maaf apabila konten dari postingan yang anda baca sudah rusak atau terjadi kesalahan dalam penulisan. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan anda membaca artikel ini. Sangat senang hati apabila anda mengoreksi atau memberikan kritik dan saran melalui kotak komentar.

:: Thank you for visiting ::

0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar