Di zaman era globalisasi saat
ini, satu per satu pejabat negara terperosok pada kubangan lumpur korupsi, umat
pun tak berdaya melihat fenomena tersebut, bagaikan masyarakat yang terkena
bencana lumpur lapindo, mereka tak berdaya, hanya pasrah dengan raut muka yang
muram, begitu pun dengan umat yang sudah terkhianati oleh pelaku korupsi (koruptor),
umat mengeluh bahkan geram, tapi apalah daya umat tak bisa berbuat apa-apa
melainkan hanya sekadar melakukan demonstrasi, itu pun tak di gubris sama
sekali oleh koruptor, mereka tak acuh terhadap rintihan orang-orang yang sudah
menjadi korban koruptor, mereka bersenang-senang di atas penderitaan orang
lain, bahkan mereka para koruptor sebelumnya tidak mengakui kalau mereka
korupsi, tapi setelah ketahuan dan terbukti mereka hanya menutup diri dari
media tanpa sadarkan diri! Memang korupsi bukan barang baru di negeri ini,
sejak diwariskan oleh pemerintah kolonial, korupsi menjangkit kaum pribumi. Bahkan
sejak kemerdekaan telah kita raih dari tangan penjajah, ternyata bau korupsi
pun ikut di raih oleh para politisi sejak dini, begitu banyak tindakkan manipulasi
serta kolusi yang menyengsarakan umat.
Teringat pesan Buya Hamka:
“Sejak dari kepala negara
sampai kepada menteri-menteri dan pejabat-pejabat tinggi telah ditulari oleh
kecurangan korupsi. Sehingga yang berkuasa hidup mewah dan mengumpulkan
kekayaan untuk diri sendiri, sedangkan rakyat banyak mati kelaparan, telah
kurus-kering badannya.”
Faktanya, memang benar akibat
korupsi banyak rakyat yang mati kelaparan, hanya untuk mencari sesuap nasi pun
kesusahan, lihat umat sekarang banyak yang kurus-kering badannya karena ekonomi
yang labil itu pun tak menutup kemungkinan akibat korupsi juga. Sekarang
kita lihat para koruptor, apa ada yang badannya kurus-kering? Saya pikir tidak
ada, lihat saja penampilannya di media-media, mereka segar-bugar.
Setelah kita melihat wajah-wajah
koruptor, timbul banyak pertanyaan, seperti: untuk apa sih korupsi? Apa tidak
cukup gaji mereka? Apa mereka lebih sengsara dari kami, hingga melakukan tindak
korupsi?, namun ada yang lebih mengejutkan daripada pertanyaan tersebut, yaitu
sebuah pernyataan yang mungkin terasa miris jika umat Islam mendengarnya, yaitu
pernyataan “mereka semua para koruptor ternyata kebanyakan orang Islam”.
Terlintas dalam benak, apa benar Islam mengajarkan korupsi? Menurut saya, tentu
saja Islam tidak mengajarkan korupsi, bahkan bukan hanya Islam saja agama lain
pun yang bukan Islam tentu tidak mengajarkan korupsi. Lantas mengapa mereka
terbujuk oleh rayuan korupsi? Selain karena bujukan gaya hidup yang mewah,
mereka yang bernotanbenekan Islam tidak benar-benar mengaplikasikan
dalam dirinya Islam yang sebenar-benarnya Islam. Seharusnya tindak-tanduk
mereka harus didasari dengan rasa halus iman dan Islam, jika sudah demikian
maka tidak menutup kemungkinan korupsi akan dihindari. Tetapi hal ini bukan
hanya oleh mereka para petinggi yang melakukan kecurangan saja melainkan umat
pun harus senantiasa mendasari dirinya dengan rasa halus iman dan Islam, agar
terhindarkan dari tindakan-tindakan yang jelek apalagi sampai merugikan orang
lain. Sebab jika sudah dilandasi iman dan Islam, maka kita akan tahu bahwa
tindakkan yang merugikan tersebut akan benar-benar dihindari dan Islam tidak
sama sekali mengajarkan hal-hal yang keji seperti korupsi!. Sebagaimana
firman Allah swt:
1. QS. Ali Imran (3) Ayat 161
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ ۚ وَمَنْ
يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا
كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Tidak mungkin seorang nabi
berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat
dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa
apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan
tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak
dianiaya.”
2. QS. Al-Baqarah (2) Ayat 188
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ
بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ
النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah sebahagian kamu
memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.”
3. QS. Al-Anfaal (8) Ayat 27
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا
اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.”
Dari tiga firman Allah swt
tersebut, sebetulnya masih banyak firman Allah yang menyatakan larangan untuk
berbuat korupsi, tapi mungkin dari firman Allah tersebut yang di atas,
sedikitnya dapat menggambarkan bahwa Islam tidak mengajarkan korupsi, bahkan
bisa dibilang “Islam anti korupsi”, maka dari itu jika kita memang benar-benar
Islam kita wajib menghindari perbuatan keji tersebut, sebab Allah swt telah
mengisyaratkan kepada kita melalui firman-Nya.
Kita tahu bahwa setiap tindakan
kita pasti ada konsekuensinya. Seperti halnya korupsi, menghasilkan konsekuensi
yang negatif,
- Korupsi mengurangi kepercayaan
publik.
- Korupsi mengakibatkan stabilitas
ekonomi terganggu.
- Korupsi mengakibatkan berbagai
proyek pembangunan menghasilkan kualitas yang rendah.
- Korupsi menjauhkan pada
kesejahteraan dan kemakmuran, akibatnya banyak yang miskin.
- Korupsi merupakan perbuatan
yang dilarang oleh Allah swt, sehingga menjadi salah satu penyebab yang dapat
menghalangi terkabulnya do’a.
- Orang yang mati dengan membawa
harta korupsi, ia akan terhalang masuk syurga.
- Korupsi penyebab kehinaan dan
siksa api neraka pada hari kiamat.
Maka dari itu, marilah kita
berbondong-bondong seperti halnya gerakan Aswaja memunculkan identitas sebagai Muslim, bahwa Islam anti korupsi
dan kita yakini bahwa konsekuensi tindakan korupsi bukan hanya akan menghasilkan
kebobrokan integritas diri, melainkan kebobrokan hingga segala aspek kehidupan.