Sebuah kisah yang inspiratif banyak hikmah yang terkandung. Kisah ini saya ambil dari pelajaran " مطالعة " ketika belajar di pesantren, dengan bernaskahkan Arab saya coba menterjemahkannya, semoga pembaca dapat menggali hikmah yang lebih mendalam daripada yang saya kemukakan. Mohon maaf apabila dalam terjemahannya ada kalimat yang tidak dapat dipahami ataupun rancu dalam tata bahasanya, semoga dapat memakluminya karena masih dalam pembelajaran. Kisah ini mengusung tema perjalanan seorang pengembara yang mencari tempat berlindung.
Teks Arab:
الدرويش في عاصمة الفرسى
أتى درو يش يوما عصمة الفرس ووا فق وصوله إليها أفول الشمس، و لم يكن يعرف فيها ديّارا ولادارا : فقصد أن يأوي إلى أوّل بيت يبدوله في طريقه. وإذا هو بقصر عظيم قديم قد أخذ صا حبه يرممه ويوسعه ؛ فلمّا وصل إليه الدرويش اِستقبله الرجل بالبشر والترحاب وأقبل يلا طفه بالكلام إلى أن أدرك من حاله أنّ تصده المبيت عنده. فحاول أن يصرفه بطرق مختلفة ، فلمّا لم تجز على الدرويش الحيل عبس في وجهه وقال له : ˒˒ ليس هذا القصر مأوى لأبناء السّبيل ، فأذهب وانظر لك مبيتا غيره ˓˓
فقال له الدّرويش : ˒˒ مهلا يامولاي حتى أعر ض على مسامعك بعض أسئلة ثم أذهب ˓˓ قال : ˒˒ فاسردما بدا لك ˓˓ فقال : ˒˒ من كان يسكن هذا القصر قبلك ؟ ˓˓ قال : ˒˒ أبى ˓˓ فقال : ˒˒ ومن كان فيه قبله ؟ ˓˓ قال : ˒˒ جدّي ˓˓ فقال : ˒˒ ومن يسكنه بعدك ؟ ˓˓ قال : ˒˒ أولادي ˓˓ فقال : ˒˒ ومن بعدهم ؟ ˓˓ قال : ˒˒ أولاد أولادي ˓˓ فقال : ˒˒ مولاي إذا كان كل من سكن هذا القصر أو يسكنه لايقيم به دائما ٬ فما هو إلاّ مأوى لأبناء السبيل حقيقة : و حيث الأمر كذالك فليس لك حقّ في منعي . ˓˓
فقال له الدّرويش : ˒˒ مهلا يامولاي حتى أعر ض على مسامعك بعض أسئلة ثم أذهب ˓˓ قال : ˒˒ فاسردما بدا لك ˓˓ فقال : ˒˒ من كان يسكن هذا القصر قبلك ؟ ˓˓ قال : ˒˒ أبى ˓˓ فقال : ˒˒ ومن كان فيه قبله ؟ ˓˓ قال : ˒˒ جدّي ˓˓ فقال : ˒˒ ومن يسكنه بعدك ؟ ˓˓ قال : ˒˒ أولادي ˓˓ فقال : ˒˒ ومن بعدهم ؟ ˓˓ قال : ˒˒ أولاد أولادي ˓˓ فقال : ˒˒ مولاي إذا كان كل من سكن هذا القصر أو يسكنه لايقيم به دائما ٬ فما هو إلاّ مأوى لأبناء السبيل حقيقة : و حيث الأمر كذالك فليس لك حقّ في منعي . ˓˓
فاتّعظ الرجل بكلام الدرويش وأحسن ضيافته .
Terjemahan:
Pengembara di Kota Persia
Pada suatu hari seorang pengembara datang ke Ibu Kota persia dan kedatangannya itu bersamaan dengan terbenamnya matahari sedangkan ia tidak mengetahui tempat penginapan pada Ibu Kota tersebut maka ia bermaksud untuk berlindung pada rumah pertama yang terlihat olehnya dijalan. Lalu ia menemukan gedung tua dan nampak baginya gedung tua tersebut mulai diperbaiki dan diperluas oleh pemiliknya maka tatkala pengembara itu sampai di gedung tersebut, seorang laki-laki menyambutnya dengan gembira dan ramah, laki-laki tersebut menghadapi pengembara itu dengan tutur kata yang lemah lembut untuk mengetahui keadaan pemuda yang bermaksud bermalam di gedungnya. Maka laki-laki tersebut berusaha memalingkan maksud pengembara itu dengan berbagai cara, maka ketika pengembara itu tidak berhasil memberikan alasan dengan muka masam, laki-laki itu berkata: “Ini bukan tempat tinggal pengembara (ibnu sabil), pergilah kamu, cari saja tempat bermalam yang lain”
Maka pengembara itu berkata: “tunggu sebentar tuan, biarkan aku mengemukakan beberapa pertanyaan kemudian aku akan pergi”. Ia berkata: “ucapkanlah kepadaku pertanyaan apa yang ingin engkau utarakan”. Maka pengembara itu berkata: “siapa yang tinggal di gedung ini sebelummu?”. Ia berkata: “ayahku”. Maka dia berkata: “dan siapa sebelum ayahmu?”. Maka berkata: “kakekku”. Lalu siapa yang nanti akan tinggal disini setelahmu?”. Dia menjawab: “anakku”. Lalu siapa setelah anakmu?. Cucuku. Tuan apabila keadaan setiap orang yang tinggal disini tidak tinggal di sini selamanya, maka padahakikatnya gedung ini merupakan tempat tinggal bagi ibnu sabil, atas hal tersebut apa hak engkau melarangku untuk tinggal disini?. Maka dengan perkatan pengembara itu laki-laki tersebut sadar dengan ucapan pengembara itu dan memperbaiki sambutannya.
Adapun hikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut ialah:
- Jangan memandang orang dari fisik/rupa
- Tempat tinggal (rumah) yang kita huni sifatnya hanya sementara, dan
- Menerima tamu dengan istimewa/memuliakannya, jelas jika mengenai memuliakan tamu, Rasulullah Saw pun menganjurkannya sebagaimana dalam hadits sebagai berikut,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ( متفق عليه )
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (muttafaq ‘alaih).